Rabu, 17 Desember 2014

Akibat Segregasi Kelas pada Pembantu Rumah Tangga

Berita tentang kematian seorang pekerja rumah tangga dikarenakan pembunuhan oleh bosnya sendiri sungguh mengenaskan. Beberapa hari ini jasad-jasad pembantu tersebut telah ditemukan oleh aparat kepolisian beserta rekaman di kamera CCTV, yang ternyata peninggalan ini dimulai dari siksaan seorang bos, Syamsul Anwar CS sesuai dengan apa yang saya dengar.

Lokasinya bermula di MES tenaga kerja wanita. Setiap wanita harus bisa melakukan semua pelatihan yang diberikan oleh si bos. Jika salah satunya ada yang salah, ia harus diakhiri dengan kekerasan yang kejam; seperti pukul dan tendang bertubi-tubi, saking seringnya hingga tenaga kerja wanita itu harus menutup nyawanya. Setelah itu ia mengubur wanita itu dengan menggali di sekitar rumahnya, kemudian tanahnya disemen agar tidak ada yang curiga. Hal itu terjadi hingga 23 orang yang menjadi korban siksaannya, hingga dikubur berbarengan dengan jasad yang lainnya. Setiap jasad ia kubur, lalu kembali disemen. Tenaga kerja wanitanya pun terpaksa untuk memilih diam, bahkan ada yang mencoba untuk kabur. Namun usahanya tidak berhasil dikarenakan ketawan oleh si bos itu; sampai pada waktu yang tidak ditentukan salah satu tenaga kerja wanita dirasuki roh salah satu jasad siksaannya. Semua pun panik, lalu salah satu pekerja rumah tangga ada yang diduga bergegas kabur pada waktu sebelumnya, dan akhirnya dilaporkan pada polres Medan.* Dengan bantuan anjing pelacak, akhirnya bukti-buktinya telah ditemukan yang terdiri dari 23 tulang, 4 gigi, dan beberapa celana dalam jasad tersebut.

Kejadian ini sangat mengerikan sekali. Lebih parahnya lagi kejadian ini memang bukan pertama kalinya Syamsul Anwar CS dan tersangka lainnya membunuh almarhumah pekerja-pekerja itu, dan tidak hanya kasus ini yang menjadi marak di media sekarang ini. Masih banyak kekerasan pada pekerja rumah tangga yang terjadi, namun tidak dipublikasikan. Dari kejadian ini, menurut riset ILO pada tahun 2010, 90% pekerja rumah tangga adalah perempuan, dan sebagian besar dari mereka tidak meraih pendidikan yang cukup, sehingga mereka tidak mempunyai pilihan kecuali menjadi tenaga kerja wanita, ataupun pekerja rumah tangga, Sudah jelas perbuatan ini adalah contoh segregasi kelas yang besar, dan akibatnya bisa fatal pada hak asasi manusia untuk perempuan. Seperti yang dikatakan race theory, ketika kaum ras minoritas ingin menunjukan kemampuannya, namun kaum yang superior tetap memandangnya rendah. Sama seperti pekerja-pekerja ini. Mereka mengais rejeki dengan mengerahkan tenaga kerjanya, namun pada akhirnya disiksa, sehingga kehormatannya direnggut oleh si tersangka.

Sungguh menyedihkan melihat budaya kekerasan dalam rumah tangga dan buruh telah mendarah daging. Dikarenakan perempuan biasa dikategorikan sebagai kelas kedua, maka suara dari perempuan menjadi susah diakui. Bahkan dihantam oleh kekerasan yang tidak wajar, hanya karena ia perempuan, dan datang dari kelas yang lebih rendah. Ingat, mereka adalah manusia juga yang biasa membantu pekerjaan rumah menjadi lebih baik. Biarpun terkadang suka merasa jengkel dengan kelakuannya, ingatlah untuk menahan amarah yang tidak perlu pada pekerja rumah tangga. Lebih baik untuk menyelesaikannya dengan kompromi, sekaligus ketegasan, dan juga tambahnya komunikasi pada pekerja rumah tangga, karena biar bagaimanapun mereka membantu tugas rumah kalian. Ironis sekali, dulu pekerja rumah tangga 'dibudak' oleh Belanda, dan sekarang kita sendiri yang melakukan gap kelas sosial ini? Sepertinya tidak seharusnya ditertawakan. Walaupun susah atau gengsi untuk berkomunikasi dengan pekerja rumah tangga, namun ingatlah jika kita berada di posisi mereka. 





*Point ini diduga masih belum tentu benar.

Referensi:
http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_125953.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar